NARASINETWORK.COM - Pekalongan, Narasi Network berkesempatan untuk berbincang dengan Kak Aveus Har, penulis berbakat di balik karya-karya memikat seperti "Istri Sempurna" dan "Forgulos". Wawancara ini akan menelusuri perjalanan inspiratif beliau, mulai dari proses kreatif di balik setiap karya hingga keseimbangan unik antara dunia sastra dan bisnis kuliner yang dijalaninya. Kami berharap dapat menggali wawasan berharga dari pengalaman dan perjalanan hidup dari sosok Aveus Har untuk disajikan kepada pembaca Narasi Network.
Lebih dari Sekadar Mie Ayam: Perjalanan Inspiratif Aveus Har Sang Penulis
Bagian I: Menyelami Dunia Kreatif Kak Aveus
1) *Kak Aveus, selamat atas penghargaan Anugerah Cerpen Kompas 2024 untuk cerpen "Istri Sempurna"! Apa momen paling menegangkan atau berkesan selama proses penulisan cerpen ini, dan bagaimana Kakak mengatasi hambatan kreatif yang mungkin muncul?*
Terima kasih, Kak. Cerita ini sesungguhnya biasa saja. Sebuah cerita tentang perceraian, tentang cinta yang masih dalam. Ketika menulis perasaan laki-laki ini, aku seperti menulis tentang diriku. Aku mengalami bagaimana sulitnya menemukan perempuan yang bersedia menjadi istriku. Aku pernah berkubang dalam rasa depresi karena tidak bisa bergaul dan minder dengan perempuan. Dan aku merasakan cinta yang dalam ketika akhirnya menemukan belahan jiwa. Hal yang membuat cerita ini menjadi bagus adalah ironi kapitalisme yang merambah dalam ruang privat kita. Aku bahkan tidak menemukan kendala dalam menulis ini, semua mengalir seolah cerita ini memang menginginkan aku menceritakannya. Maksudku, seolah ada sesuatu di luar sana yang memasukkan cerita itu dalam kepalaku dan menggerakkan aku untuk menulisnya demikian.
*Bisakah Kakak berbagi satu detail kecil yang mungkin luput dari perhatian pembaca, namun penting bagi Kakak dalam membentuk cerita?*
Departemen Talenta dan perpustakaan hologram; hei, sekarang itu belum ada, tetapi mungkin akan ada. Siapa tahu? ????
*2) Novel "Forgulos" dan "Tak Ada Embusan Angin" memiliki gaya penulisan yang khas. Bisakah Kakak menjelaskan proses evolusi gaya penulisan Kakak, dari masa SMP hingga sekarang?*
Pertama menulis cerita waktu SMA, di majalah dinding, lalu menulis di majalah remaja dan tabloid wanita, dan novel-novel, semua mengambil genre pop, dan ketika kegelisahanku pada tema-tema yang tidak bisa dituangkan dalam genre pop, aku menulis sastra.
Aku belajar secara autodidak sehingga aku berusaha memahami sastra dengan caraku sendiri. Pada akhirnya aku tahu bahwa what i read is what i write. Ketika aku banyak bersentuhan dengan genre pop maka aku akan menulis pop, dan begitu pula ketika aku banyak bersentuhan dengan sastra.
*Adakah penulis atau karya tertentu yang secara signifikan memengaruhi perkembangan gaya penulisan Kakak?*
Aku menyukai banyak karya dari penulis yang beragam dan aku tidak tahu siapa yang paling mempengaruhiku. Aku pikir, semua mempengaruhiku dalam taraf tertentu. Misalnya, Murakami sangat mempengaruhi "Tak Ada Embusan Angin", tetapi tidak dalam "Forgulos".
*3) "Sejujurnya Aku" menawarkan perspektif yang berbeda. Apa yang menginspirasi Kakak untuk bergeser dari tema-tema sebelumnya?*
"Sejujurnya Aku" adalah novel pemenang sayembara menulis bertema "Wanita dalam Cerita", dan penulisnya seorang laki-laki. Secara umum, novel itu belum bergeser dari tema sebelumnya, di mana aku banyak menulis romantika pernikahan. Pergeseran mencolok ada ketika aku menulis "Forgulos".
*4) Nama pena "Aveus Har" terasa misterius. Apakah ada cerita atau makna tersembunyi di balik pemilihan nama ini? Apakah ada pertimbangan khusus terkait bagaimana nama pena ini akan diterima oleh pembaca?*
Aveus Har memang tidak memiliki makna. Setidaknya aku menciptakan nama itu tanpa merujuk pada makna apa pun. Aku hanya ingin membuat sebuah nama yang unik.
*5) Menulis cerpen dan novel sangat berbeda. Bisakah Kakak membandingkan proses revisi antara kedua genre ini? Bagian mana yang paling menantang dalam proses revisi, dan bagaimana Kakak mengatasinya?*
Tentu saja, novel mempunyai tantangan lebih karena lebih panjang. Ini terkait dengan waktu menulisku. Aku menulis di hape di sela jualan mi ayam sehingga cerita yang panjang rentan membuat kesalahan luput dari pembacaan ketika melakukan revisi. Pada akhirnya aku berpikir bahwa tidak sempurna itu tidak apa-apa.
*6) Dari semua karya Kakak, karya mana yang paling membuat Kakak merasa bangga, dan mengapa? Bukan hanya dari segi penghargaan, tetapi juga dari segi kepuasan pribadi atas hasil karya tersebut. Apa yang membuat karya tersebut begitu bermakna bagi Kakak?*
Novel anak berjudul "Asibuka! Mantra Rahasia". Asibuka sendiri berarti Aku Bisa! Ini bermakna untuk berani melakukan sesuatu jika memang harus dilakukan, dan ketakutan itu akan hilang. Ini yang aku pakai ketika aku berusaha keluar dari cengkeraman rasa minder dan pemalu yang berlebihan.
Bagian II: Menyeimbangkan Dunia Sastra dan Kuliner
*7) Menjalankan warung mie ayam dan menjadi penulis sukses membutuhkan disiplin yang luar biasa. Bisakah Kakak berbagi tips praktis manajemen waktu yang Kakak terapkan? Mungkin ada rutinitas atau kebiasaan unik yang membantu Kakak dalam hal ini?*
Aku bukan orang yang disiplin; secara jujur aku mengakui ini. Aku menulis hanya karena aku ingin menulis, dan aku tidak menulis ketika aku tidak ingin menulis. Ketika ingin menulis, aku melakukannya di sela pekerjaan. Aku tidak punya rutinitas atau kebiasaan dalam menulis. Jika tidak menulis, aku membaca, memikirkan apa yang aku baca, merenungi, dan kadang mengkritisi. Tapi itu hanya untuk diriku sendiri, karena aku orangnya begitu.
*8) Warung mie ayam Kakak bukan sekadar bisnis. Bagaimana warung tersebut menjadi bagian integral dari kehidupan Kakak dan menginspirasi karya-karya Kakak? Apakah ada pelanggan atau kejadian unik di warung yang pernah menginspirasi ide cerita?*
Hidupku, dengan segala semestanya, adalah duniaku. Apakah ada yang menginspirasi? Terkadang ada, tetapi tidak selalu.
*9) Apakah ada rencana untuk menggabungkan dunia kuliner dan sastra, misalnya dengan menulis novel berlatar belakang warung mie ayam atau memasukkan elemen kuliner ke dalam cerita-cerita Kakak?*
Sejauh ini aku belum memikirkan itu, dan aku tidak tahu apakah kelak akan melakukan itu.
Bagian III: Melihat ke Depan
*10) Otobiografi adalah genre yang sangat personal. Apa yang paling Kakak ingin sampaikan kepada pembaca melalui otobiografi Kakak nantinya? Apakah ada aspek kehidupan Kakak yang ingin Kakak soroti secara khusus?*
Hidup adalah berembus, bukan sekadar mengikuti embusan angin. Aku seorang introver, dan aku harus menerima introversiku, dan menjadi aku yang unik, tetapi minder dan pemalu yang dulu mengukungku bukan bagian dari introversi. Itu adalah masalah kesehatan mental dan gangguan komunikasi. Aku pikir, bagian ini paling penting untuk autobiografiku.
*11) Teknologi telah mengubah lanskap kepenulisan. Bagaimana Kakak memanfaatkan teknologi untuk riset dan promosi karya? Apakah ada platform atau teknologi tertentu yang menjadi favorit Kakak?*
Aku menulis dengan aplikasi pengolah kata di hape sejak 2014. Menulis di hape membuatku bisa lentur dalam manajemen waktu. Dan, google menyediakan jalan untuk riset jika aku membutuhkan.
*12) Apa pesan inspiratif yang ingin Kakak sampaikan kepada para penulis muda Indonesia yang mungkin merasa terkendala oleh berbagai keterbatasan?*
Jika menulis adalah sesuatu yang penting bagimu, berjuanglah, terabaslah batasan, siasatilah dengan kreatif; selalu ada jalan bagi kita yang mengusahakannya.
*Apa nasihat Kakak bagi mereka yang ingin menggabungkan passion dalam dunia kreatif dengan kewirausahaan?*
Tidak ada yang harus digabungkan. Jalani passionmu sebagai panggilan hidup, dan jalani wirausahamu sebagai pekerjaan. Menulis tak selalu menghasilkan uang. Tapi itu dunia yang berbeda dengan wirausaha. Jika kau ingin melakukan keduanya, atau jika kau ingin menulis sembari bekerja lain, lakukan semua dengan sungguh-sungguh. Karena, mengutip Kahlil Gibran, kerja adalah cinta yang mengejawantah.
(*)
Aveus Har adalah seorang penulis Indonesia yang telah menerbitkan berbagai karya, baik novel maupun cerpen. Ia dikenal luas melalui karya-karyanya yang mengangkat tema-tema kehidupan sehari-hari, cinta, dan hubungan antarmanusia. Aveus Har memulai debutnya sebagai penulis dengan menerbitkan novel Paper Doll (LPPH, 2004) Warna Merah pada Hati (LPPH, 2005) Lintang (Penerbit Andi, 2007) ASIBUKA! Mantra Rahasia (Penerbit Andi, 2010) Pangeran Langit (Penerbit Andi, 2011) Yuk, Menulis Diary, Puisi dan Cerita Fiksi (Penerbit Andi, 2011) Sorry that I Love You (Media Pressindo, 2013) Roller Coaster Cinta (Media Pressindo, 2013) Sejujurnya Aku (Bentang Populer, 2015) Bila Kau Kawin (Divapress, 2018) Forgulos (Basabasi, 2020) Amaline (Kertas Digital, 2023) Tak Ada Embusan Angin (Divapress, 2023).
Aveus Har juga aktif dalam berbagai lomba menulis dan telah meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya, ia pernah menjadi juara pertama Lomba Menulis Novel Populer Bentang Pustaka "Wanita dalam Cerita" pada tahun 2013. Ia juga pernah menjadi nominator Lomba Menulis Cerpen Eksperimental Basabasi 2018, juara pertama Lomba Menulis Novel Basabasi 2019, juara pertama Sayembara Cerpen Media Indonesia 2022, juara harapan Sayembara Cerita Kesehatan Mental SEKACIL 2022, dan juara pertama Sayembara Cerita Kesehatan Mental SEKACIL 2023. Selain itu, naskahnya juga pernah menarik perhatian dewan juri Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2023. Aveus Har juga pernah meraih juara harapan 1 Lomba Cerpen Gramedia Pustaka Utama (GPU) 2024 dan Anugerah Cerpen Terbaik Kompas 2023.
Karya-karya Aveus Har dikenal dengan gaya penulisannya yang ringan dan mudah dipahami. Ia juga dikenal sebagai penulis yang mampu menghadirkan cerita-cerita yang relatable dan dekat dengan kehidupan pembaca. Aveus Har merupakan salah satu penulis Indonesia yang patut diperhitungkan dan karya-karyanya layak untuk dibaca oleh para pecinta sastra.