NARASINETWORK.COM - Madiun, Acara Ngopi Nyore edisi ke-55, bertajuk "Anak Muda Dolanan AI," yang diselenggarakan di Mucoffee, Jl. Salak 60-B, Kota Madiun (28/01/2025), sukses menyatukan para penggemar teknologi dan seni. Acara yang dimoderatori oleh Gizatara atas inisiasi Gus Hayik, pemilik Mucoffee, menghadirkan kolaborasi inspiratif antara Dr. Redy Eko Prastyo, ahli AI Prompt Engineering dan pegiat budaya dari Kampung Cempluk,Malang. serta Fileski Walidha Tanjung, sastrawan dan teman lama Dr. Redy.
Fileski membacakan empat puisi karyanya bertema teknologi dan kecerdasan buatan
Acara dibuka dengan penampilan puitis Fileski yang membacakan empat puisi bertema teknologi dan kecerdasan buatan. Penampilannya yang memukau mendapat sambutan hangat dari para audiens yang hadir sejak pukul 19.00 WIB. Menanggapi acara tersebut, Fileski menyatakan, “Saya sangat antusias mengikuti acara ini. Cak Redy selalu penuh ide segar. Membahas AI malam ini jelas menarik, terutama untuk generasi muda yang harus mampu memanfaatkan teknologi secara cerdas. Kehadiran acara seperti ini sangat bermanfaat, menjadi ruang bagi kita untuk mengedukasi sekaligus menginspirasi cara beradaptasi dengan kemajuan teknologi.” Sesi utama diisi oleh presentasi Dr. Redy Eko Prastyo mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan dalam dunia kreatif. Ia memaparkan bagaimana AI dapat meningkatkan produktivitas, mengungkapkan pengalamannya dalam menciptakan album musik anak-anak dan aransemen musik bernuansa Nusantara menggunakan AI. Dr. Redy juga mempresentasikan video klip yang diproduksinya dengan bantuan AI, membuktikan potensi AI dalam menghasilkan karya kreatif dengan prompt yang tepat.
Presentasi Dr. Redy Eko Prastyo mengenai pemanfaatan kecerdasan buatan dalam dunia kreatif.
“Acara ini sangat luar biasa. Saya melihat antusiasme para hadirin di sini yang sangat tinggi. Diskusi seperti ini penting untuk membuka wawasan bahwa teknologi, khususnya AI, adalah alat yang dapat membantu kita untuk terus berkembang. Kalau kita bisa menguasainya, maka kita bisa menjadi pelaku aktif dalam perubahan, memacu produktifitas berkarya,” ungkap Dr. Redy Eko Prastyo.
Ngopi Nyore #55 berhasil menciptakan perpaduan kombinasi sempurna antara seni, teknologi, dan inspirasi. Diskusi interaktif yang berlangsung hingga acara berakhir disambut baik oleh para peserta. Kolaborasi apik antara seni dan teknologi dalam acara ini telah berhasil membangkitkan semangat anak muda Madiun untuk lebih aktif dalam mengeksplorasi potensi AI.
Empat Puisi Fileski Walidha Tanjung, dibacakan pada pembukaan acara malam tadi di Mucoffee ;
1. Mesin dalam Sajak
Kita, sekumpulan daging bernama mimpi,
berbaris di bawah bayang-bayang logam,
menggigil pada algoritma yang tak kenal nurani.
Lihatlah,
langit biru tak lagi milik kita,
ia dilukis oleh mesin tanpa rasa,
tangisan dijahit menjadi data,
dan kebahagiaan dijual dalam kotak kaca.
Di mana tempat manusia berdiri?
Ketika jarum jam tak lagi mendengar degup jantung
ketika jemari besi merampas roti,
ketika puisi ini pun mungkin ditulis
oleh mesin yang tak punya luka.
Adakah kebahagiaan di sini,
di dunia yang semakin tak percaya
bahwa kemanusiaan itu masih ada.
2025
2. Ruang Kosong yang Penuh
Di sebuah negeri di mana layar adalah kitab,
dan suara adalah gema dari mesin,
ada ruang kosong yang semakin penuh.
Manusia duduk,
mengukur nilai dirinya dengan jumlah klik,
dan robot-robot berdiri,
mengukur dirinya dengan kecepatan berpikir.
Tapi siapa yang akan menanam benih di ladang?
Siapa yang akan menyisir rambut anak-anak?
Siapa yang akan menceritakan dongeng
tanpa kita mendengar suara logam yang dingin itu
Barangkali,
kita perlu kembali pada buku-buku tua
yang harum kertasnya menyimpan ingatan,
pada pena yang tahu bagaimana cara memeluk kertas
seperti perahu yang menari di atas ombak.
2025
3. Di Antara Kabut Digital
Ada negara jauh di balik gunung,
yang memilih membakar layar digital,
dan menanam kembali pohon-pohon.
"Kenapa mereka begitu?"
kita bertanya dengan usia yang semakin berkerut.
"Mungkin, mereka rindu suara burung-burung,
atau ingin mendengar hujan tanpa terjemahan."
Tapi siapa yang tahu,
itu karena mereka kalah dalam perang dagang?
Atau justru mengalah untuk menang.
Karena yang modern tak selalu maju,
dan yang sederhana tak selalu kalah.
Di sini, kita bersujud pada tuhan-tuhan baru,
algoritma dan kode-kode,
apakah manusia telah kalah
atau manusia hanya lupa cara untuk mencintai.
2025
4. Puisi yang Tak Bisa Ditulis oleh Mesin
Mesin bisa menulis puisi,
tapi tidak tentang ibu yang menangis
di tepi sawah yang kini jadi pabrik algoritma.
Mesin bisa menggambar wajah,
tapi tidak tentang tangan keriput
yang menanam bunga di hati anak-anak.
Ada yang hilang dari kita,
setiap kali kita menyebut kemajuan teknologi:
yaitu rindu,
yang tak pernah bisa diunggah atau diunduh,
yaitu doa,
ada yang tak bisa diterjemahkan oleh piksel,
yaitu senyum yang tulus
Lalu apakah mesin itu penderitaan?
Atau hanyalah cermin,
di mana kita melihat wajah kita sendiri
yang tak lagi berani menjadi manusia.
2025
(*)