Cangkruk Bareng Gusdurian Madiun: Refleksi Kota dan Harapan Masa Depan

Selasa, 4 Feb 2025 22:00
Cangkruk Bareng Gusdurian Madiun: Refleksi Kota dan Harapan Masa Depan Madiun Gusdurian Madiun

NARASINETWORK.COM - Madiun (4/02/2025) Komunitas Gusdurian Madiun menggelar acara “Cangkruk Bareng” di GKJW Madiun, Jl. Panglima Sudirman No. 13, Kejuron, Kota Madiun. Acara yang diinisiasi oleh Ketua Gusdurian Madiun, Haris Saputro, ini menjadi wadah diskusi terbuka yang mempertemukan berbagai elemen masyarakat, mulai dari seniman, budayawan, akademisi, hingga mahasiswa.

Cangkruk Bareng Gusdurian Madiun: Refleksi Kota dan Harapan Masa Depan Madiun

Hadir dalam diskusi ini antara lain Fileski Walidha Tanjung, sastrawan nasional asli Madiun; Pendeta Brahm Kharismatius; Vitry, Ketua PMKRI Cabang Madiun; Septian Dwi Kharisma, Ketua HVM; Titus Tri Wibowo, Ketua JKM; Nugroho Budi, koreografer; serta Apoung, budayawan Jawa.

Sebelum sesi diskusi dimulai, Fileski membacakan lima puisi karyanya yang mengangkat refleksi tentang Kota Madiun hari ini dan masa depan. Puisinya menyelipkan harapan dalam metafora yang kaya dan diksi yang estetik, memberikan nuansa puitis dalam menyuarakan harapan bagi kota tercinta.

Tema diskusi malam ini berfokus pada refleksi terhadap Kota Madiun ke depan, terutama menjelang pelantikan kepala daerah secara serentak di tingkat nasional. Para peserta mendiskusikan berbagai aspek yang perlu dibenahi untuk menjadikan Madiun sebagai kota yang lebih baik, serta menggali identitas khas yang membedakan Madiun dari kota lain.

Dalam suasana yang penuh kehangatan dan keterbukaan, setiap peserta diberi kesempatan untuk menyampaikan harapan dan gagasannya bagi masa depan Madiun. Para seniman dan akademisi turut mengangkat potensi khas Kota Madiun yang dapat dikembangkan lebih jauh, baik dalam aspek budaya, sejarah, maupun ekonomi kreatif.

Pendeta Brahm Kharismatius menyambut baik kegiatan ini sebagai ruang dialog yang inklusif. “Acara seperti ini menjadi bukti bahwa keberagaman adalah kekuatan. Kita bisa bersama-sama merajut harapan dan merumuskan gagasan untuk kota yang lebih harmonis dan maju. Semoga refleksi ini bisa menginspirasi pemimpin baru dalam membangun Madiun yang lebih baik.”

Sementara itu, Haris Saputro sebagai inisiator acara menegaskan pentingnya keterlibatan semua elemen masyarakat dalam membangun kota. “Diskusi ini menjadi langkah awal untuk terus menjaga semangat kebersamaan dalam membangun Madiun. Harapan-harapan yang disampaikan malam ini adalah cerminan dari kecintaan kita terhadap kota ini. Saya yakin, dengan kolaborasi yang kuat, kita bisa mewujudkan Madiun yang lebih baik dan lebih berdaya.”

Fileski Walidha Tanjung menyoroti pentingnya seni dan sastra dalam mencerminkan kondisi sosial. “Puisi adalah cermin zaman. Dengan seni, kita bisa melihat realitas secara lebih dalam dan menawarkan sudut pandang baru. Semoga Madiun ke depan semakin menghargai budaya dan sejarahnya, serta memberi ruang lebih luas bagi seniman dan budayawan untuk terus berkarya.”

Acara Cangkruk Bareng ini pun ditutup dengan semangat kebersamaan, membawa optimisme bahwa Kota Madiun memiliki potensi besar untuk berkembang, asalkan semua pihak mau berkontribusi dan bekerja sama.

Lima puisi karya Fileski yang dibacakan di acara ini: 

1. Kota dalam Genggaman Takdir

Seutas benang yang dirajut tangan para pemintal mimpi,
di setiap kios, juga toko-toko yang memutar nasibnya
adalah doa yang menguap dari keringat para pedagang,
adalah harapan yang diselipkan dalam jari-jari roda kehidupan 

Wahai pemimpin yang baru, engkau sang penyusun takdir kota ini
tanganmu menyulam hari esok
dari benang kusut yang belum selesai terurai
Jangan biarkan kota ini menjadi pasar yang hilang kumandang,
jangan biarkan pabrik-pabrik kehilangan dentang 

Dengarlah, di tengah deru kemajuan kota,
ada nyanyian pinggiran yang sangat ingin kau dengar:
agar langit tetap rendah untuk para pemimpi,
agar jalan tetap ramah bagi para pejalan kaki.

Kota ini, bukan sekadar kota kecil di dalam peta dunia,
kota ini adalah degup, adalah nadir, adalah harapan
yang bersandar pada kedua pundakmu.

2025 

2. Doa Para Pekerja

Kami bangun sebelum matahari mengulurkan cahaya,
menghampar doa di meja makan yang sederhana.
Di bawah atap-atap seng dan tiang-tiang warung,
kami titipkan harapan kepada engkau
sang pemimpin yang baru.

Jangan mimpi kami dihitung sebagai angka-angka,
karena setiap laba yang kami catat di ujung hari
adalah perpanjangan dari detak detik usia,
adalah sekolah yang tetap murah,
adalah dapur nasib yang tetap mengepul.

Jadilah yang mengerti bahasa rakyat,
yang tahu bagaimana keringat itu bekerja,
sebagaimana bahu menyangga,
sebagaimana doa-doa tetap menunggu.

Kami–tidak meminta lebih dari sekadar keadilan:
kami hanya meminta, jalan nafkah yang tidak terjal,
dan cahaya yang tak padam bagi para penenun harapan, dalam pekat malam. 

2025 

3. Suara di Antara Rel Kereta

Madiun, apakah kau dengar suara itu?
Gemuruh kereta yang menyapu jarak,
seperti mimpi yang ingin tiba pada pagi 

Wahai Pemimpin yang baru, kau adalah tangan di mesin waktu,
yang menentukan apakah kota ini hanya jadi tempat pemberhentian,
atau sebuah rumah yang tak ingin ditinggalkan.

Kami pedagang di sudut pasar,
kami buruh yang berdiri di antara gerigi besi,
ingin melihat kota ini terus bertumbuh
tanpa kehilangan wangi sejarah.

Biarkan trotoar tetap ramah untuk kaki-kaki kami yang kecil
biarkan lorong-lorong sempit tetap bernyawa,
dan jangan kau biarkan deru pembangunan
menelan suara-suara yang terpinggirkan

Madiun harus tetap bersuara
dalam bahasa yang mudah dimengerti
oleh semesta yang setara.

2025  

4. Kepada Sang Penanam Hari Esok

Seorang petani tahu, tanah yang subur itu
tidak terlahir dari benih yang asal dilempar.
Begitu pula kota ini—ia butuh tangan yang menanam,
bukan sekadar janji-janji
kota ini akan tumbuh subur
seperti pohon yang akarnya mengikat kepercayaan.

Wahai pemimpin,
jangan biarkan kami hanya menjadi daun-daun gugur
yang ditiup perubahan tanpa arah.
Jadilah angin yang tahu ke mana membawa musim,
bukan badai yang datang dan pergi
meninggalkan antologi rasa nyeri. 

Di antara kios, pabrik, dan toko-toko
ada harapan yang tumbuh dengan perlahan
menanti pemimpin yang tahu caranya menyirami
yang tau caranya menemani 

Jangan biarkan kota ini menjadi kebun
yang ditinggalkan setelah panen raya, yang pertama
tuntaskan panen raya yang kedua dengan paripurna. 

2025 

5. Sungai yang Kembali ke Hutan

Lihatlah, kota ini adalah sungai
yang mengalir dari masa lalu ke masa depan.
Ia mencari celah di antara batu-batu sejarah,
menghindari limbah yang ingin menenggelamkannya.

Wahai pemimpin,
kau adalah hutan di ujung aliran
Bersediakah engkau menjadi akar yang menahan erosi,
atau hanya dahan yang rapuh saat hujan pertama di awal kemarau 

Kami ingin kota ini tetap bernapas,
bukan hanya dalam laporan statistik
tapi dalam denyut setiap sudut pasar,
dalam senyum para pekerja,
dalam riang anak-anak yang masih menanam rasa percaya.

Jangan biarkan sungai ini kehilangan hutan tempat bermuara,
sebab tanpa itu, kami hanya air yang mengalir tanpa tau arah utara.

2025 

(*)




Berita Terkini