NARASINETWORK.COM - Jakarta, Aksi terorisme yang mengejutkan mengguncang dunia jurnalistik Indonesia. Jurnalis Tempo, Francisca Christy Rosana (Cica), dan tim podcast investigatif Bocor Alus menjadi sasaran pengiriman paket berisi kepala babi dan enam tikus tanpa kepala. Kejadian ini telah memicu gelombang solidaritas nasional yang meluas, menyoroti ancaman serius terhadap kebebasan pers.
Di tengah kecaman publik yang meluas, puluhan seniman Indonesia menunjukkan solidaritas mereka dengan Tempo melalui pernyataan sikap berjudul "Seniman Bersama Tempo." Pernyataan tersebut dibacakan oleh penyair senior dan mantan redaktur budaya Republika, Ahmadun Yosi Herfanda, di Redaksi Tempo, Palmerah, Jakarta Selatan. Ahmadun dengan tegas menyatakan bahwa serangan terhadap pers merupakan serangan langsung terhadap demokrasi itu sendiri. "Pers adalah pilar demokrasi. Segala bentuk gangguan terhadap pers harus dilawan karena menjadi ancaman terhadap demokrasi," tegasnya. Pernyataan dukungan ini ditandatangani oleh perwakilan seniman dari data nama yang mendukung sekitar 264 seniman, termasuk dari luar negeri, yang memandang pembungkaman pers sebagai pembunuhan terhadap ruang ekspresi kreatif pada Senin (24/3/2025).
Wakil Pemimpin Redaksi Tempo, Bagja Hidayat, menerima pernyataan dukungan tersebut dengan rasa syukur. Ia menyampaikan terima kasih atas solidaritas yang ditunjukkan oleh berbagai elemen masyarakat, termasuk para seniman. Bagja menjelaskan interpretasi internal Tempo terhadap pesan teror tersebut, yang diduga merujuk pada anggapan Tempo "budeg" (tuli) dan jumlah kru Bocor Alus. Ia juga menanggapi spekulasi mengenai kaitan dengan pernyataan Presiden Prabowo Subianto tentang media yang "asyik," menekankan bahwa hal tersebut tidak selaras dengan komitmen Tempo untuk pemberitaan yang tajam dan bertanggung jawab.
Meskipun menghadapi teror yang jelas bertujuan untuk mengintimidasi dan membungkam, Tempo menegaskan komitmennya untuk terus menjalankan tugas jurnalistik secara bertanggung jawab. "Jika Tempo takut, media lain juga akan takut, dan berbagai persoalan bangsa akan selalu ditutupi kegelapan karena tidak pernah diungkap secara terang," tegas Bagja.
Dukungan seniman terhadap tempo pada hari Senin siang dibuka oleh tarian oleh Indonesiana Putri Wicaksono, Testimoni oleh Zulfikar Albar dan Ireng Halimun, serta Advokat Mayumi manajer program SEMANTIK. Pembacaan puisi oleh Kurnia Effendi, Willy Anna. Lalu penampilan khusus dari Cica yang membacakan puisi meski tanpa judul.
Namun, insiden ini melampaui sekadar ancaman terhadap kebebasan pers. Aksi teror yang brutal dan simbolis ini juga mengungkap ancaman serius terhadap keselamatan perempuan dan memperlihatkan wajah mengerikan dari kekerasan berbasis gender di Indonesia. Penggunaan kepala babi sebagai alat intimidasi terhadap Cica, seorang perempuan jurnalis, tidak dapat diabaikan sebagai bentuk kekerasan yang mengintimidasi dan berpotensi eskalasi menjadi tindakan yang jauh lebih ekstrem, bahkan femisida.
Kejadian ini mendesak pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat untuk mengambil tindakan tegas. Perlindungan terhadap jurnalis dan penegakan hukum yang adil dan transparan sangat krusial. Lebih jauh lagi, peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya mengkaji secara mendalam akar masalah kekerasan berbasis gender dan mengembangkan strategi pencegahan yangSolidaritas Mengalir Pasca Teror Tempo: Ancaman terhadap Kebebasan Pers dan Keselamatan Perempuan komprehensif. Solidaritas nasional yang ditunjukkan oleh para seniman dan masyarakat luas harus menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bersama dalam melindungi kebebasan pers, memastikan keselamatan perempuan, dan menciptakan lingkungan yang aman dan setara bagi semua warga negara Indonesia.
(*)