NARASINETWORK.COM - Jakarta, Tagar #kaburajadulu yang tengah viral di media sosial, khususnya X (sebelumnya Twitter), menjadi sorotan tajam atas keprihatinan akan masa depan generasi muda Indonesia. Lebih dari sekadar tren, tagar ini merefleksikan kekecewaan dan keputusasaan pemuda yang merasa terhimpit oleh sistem yang dinilai tidak berpihak pada mereka. Seruan "kabur aja dulu" bukanlah sekadar ungkapan sinis, melainkan cerminan keresahan yang memerlukan analisis mendalam (21/02/2025).
Meningkatnya jumlah pemuda Indonesia yang memilih untuk bekerja atau bermukim di luar negeri merupakan fenomena kompleks dengan berbagai faktor penyebab. Minimnya kesempatan dan peluang kerja di dalam negeri menjadi inti permasalahan. Tingginya angka pengangguran, persaingan kerja yang ketat, dan biaya hidup yang terus meningkat menciptakan siklus sulit yang dihadapi banyak anak muda. Ironisnya, pendidikan tinggi yang seharusnya menjadi bekal masa depan, justru menjadi beban tambahan karena biaya pendidikan yang mahal dan belum tentu menjamin pekerjaan yang layak.
Kondisi ini diperparah oleh sistem ekonomi yang belum sepenuhnya pro-rakyat, maraknya korupsi, dan birokrasi yang berbelit-belit. Hal ini menciptakan lingkungan yang tidak kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Para pemuda yang penuh semangat dan idealisme pun merasa terkekang dan kehilangan harapan, sehingga melihat peluang yang lebih baik di luar negeri, meskipun harus meninggalkan keluarga dan budaya mereka.
Namun, "kabur aja dulu" bukanlah solusi jangka panjang. Ini hanyalah upaya sementara untuk mengatasi sistem yang jauh dari ideal. Pemerintah seharusnya tidak sekadar menyikapi fenomena ini secara pasif, melainkan merenungkan akar masalahnya. Investasi yang lebih besar di sektor pendidikan dan pelatihan vokasi, penciptaan lapangan kerja yang layak, dan reformasi birokrasi yang lebih transparan dan efisien menjadi langkah krusial. Pemerintah juga perlu menciptakan iklim investasi yang lebih menarik bagi investor asing untuk membuka lebih banyak lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian nasional.
Perubahan paradigma juga sangat penting. Generasi muda bukan hanya aset pembangunan, tetapi juga subjek pembangunan. Mereka harus dilibatkan aktif dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan masa depan mereka. Suara, aspirasi, dan harapan mereka harus didengar dan dipenuhi.
Tagar #kaburajadulu menjadi panggilan bagi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan introspeksi diri dan memperbaiki sistem yang telah gagal memberikan harapan bagi generasi penerusnya. "Kabur aja dulu" tidak boleh menjadi tren yang berulang, karena hal tersebut menunjukkan kegagalan kita dalam membina masa depan bangsa. Perbaikan sistem dan pemberian kesempatan yang lebih baik bagi generasi muda merupakan kunci untuk mengatasi masalah ini.
(*)